Menghadapi serangan ini, pemerintah kolonial belanda kemudian mengirimkan pasukannya yang dipimpin oleh Mayor Beeces. Pasukan kolonial Belanda ini pun berhasil dipukul mundur oleh rakyat Saparua. Begitu pula pasukan kolonial Belanda berikutnya di bawah pimpinan Letkol Mayer berhasil dipukul mundur. Kegagalan dan kekalahan pasukan kolonial Belanda ini menimbulkan kerugian yang besar pada pihak Belanda. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda menugaskan Buyskee ke Maluku. Buyskee ini, terkenal mempunyai akal yang licik untuk mengalahkan perlawanan rakyat Indonesia. Berkat tipu daya Buyskee ini, rakyat Saparua berhasil dibujuknya. Buyskee mengajukan janji-janji palsunya, antara lain menghapuskan hak ekstirpasi, menghapuskan Pelayaran Hongi, dan menghapuskan kewajiban menyerahkan hasil bumi. Hak ekstirpasi adalah kegiatan pemusnahan pohon rempah-rempah agar jumlahnya tifak terlalu banyak. Janji lainnya adalah menghapuskan monopoli sehingga rakyat bebas menanam rempah-rempah dan hasilnya dapat dijual kepada Belanda dengan harga agak tinggi.
Janji-janji palsu dari pemerintah kolonial Belanda ini menimbulkan kegembiraan pada rakyat. Akibatnya, perlawanan rakyat Saparua mulai melemah. Mengetahui semakin lemahnya perlawanan rakyat Saparua, pemerintah kolonial Belanda mulai mengadakan serangan balasan. Menghadapi serangan ini, rakyat Saparua menyadari bahwa janji-janji kolonial Belanda adalah palsu dan hanya siasat untuk melumpuhkan mereka.
Selanjudnya, rakyat Saparua kembali mengadakan perlawanan. Namun, perlawanan kali ini memgalami kekalahan. Kapiten Pattimura dan Christina Martha Tyahahu terus mengadakan perlawanan.
Karena mereka mengalami kekalahan terus-menerus, keduanya bersembunyi untuk menyusun kembali kekuatan. Namun, dalam serangan besar-besaran yang dilakukan Belanda pada bulan Oktober 1817, daerah penjajah, bahkan Kapiten Pattimura dan beberapa pejuang berhasil ditangkap. Selanjutnya, pada tanggal 16 Desember 1817 Kapiten Pattimura meninggal di tiang gantungan dalam Benteng Victoria di Ambon. Begitu pula, Christina Martha Tyahahu berhasil ditangkap oleh kolonial Belanda. Pejuang wanita yang masih muda belia dan berani ini, lalu diasingkan ke Pulau Jawa. Akan tetapi, dalam perjalanan yang menggunakan kapal laut, srikandi ini meninggal dunia dan jenazahnya dibuang ke laut oleh pasukan kolonial Belanda.
Penulis: M. Junaedi Al Anshori
Penerbit: PT. Mitra Aksara Panaitan, JAKARTA
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvCONLx_8SguYlx-rtwnCjIX0O0fjEcqV6VZJlQhb0bWdJFSTWVWtaboY_eQqANDauze0HXAp0DnsRwskwGOdO22SssY5c1XR6_1nGQDAVB1sF0eDE7uqsn9NOeTgCzBpsnAED84UmI6ja/s1600/benteng+duurstede.jpg
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbYhHa6CYxKwbVuY8myra3bM0eMle1Qg72thfXCHyV0xpAi5zRzOLoGt7fMEUaehmszn4cR6eWUZU_hFoebkSB6j90ZTW3Q-28ngupOUNGUKRAy6feu4o_0a64Z4tvNdKtjLVlD8SqdMQ/s1600/Martha_Christina_Tiahahu.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar